Pengantar Buku “Ide Bebas”

AWALAN

Ide ini kami tulis dengan tidak sama sekali memegang atau mencontoh buku, betul-betul apa adanya dari “ide” yang mengendap dalam otak dan hati penulis, jika terdapat kesamaan bahasa dengan buku atau tulisan lain itu semata-mata hanya endapan ingatan yang tersisa di otak dan hati atau hanya untuk menjelaskan maksud “ide penulis” yang ingin disampaikan, walaupun ending-nya tmabah tidak jelas.

Tulisan ini dapat disebut juga suatu bentuk “inteluktualisasi pemikiran preman atau dekonstruksi pemikiran preman atau premanisme pemikiran” apapun pendapat tentang buku ini ya inilah seni pemikiran dengan utuh apa adanya. Permainan pikiran oleh permainan bahasa menjadi sebuah inspirasi tersendiri.

Penulisan “ide” ini jauh dari kaidah penulisan ilmiah. Penulis hanya ingin terbang melayang bersama asap rokoknya, dengan ide-ide bebas yang masih tersisa, dengan perangkat kemampuan intelektual dan bahasa yang sangat terbatas serta cawisan segelas kopi pahit pemelek mata.
Jangan kaget jika kemudian pembaca banyak menemukan kata-kata “yang” “dan” “atau kata lain yang selalu berulang ulang”, hal itu ada hanya salah satu bentuk keinginan penulis menyampaikan kepada pembaca bahwa tulisan ini bertujuan membebaskan akal atau ide umat manusia dari belenggu-belenggu dan formalitas yang sangat membatasi dan akan membunuh ide-ide manusia itu sendiri. Apapun pemahaman pembaca terkait dengan tuliasan ini juga kami anggap ide dan kami harap pembaca yang budiman, setelah membaca buku ini untuk meng “ide”, menginterpretasikan yang ada dengan penuh keberanian, katanya filsafat Jawa (tatak bakal tutuk, was-was olehe mung tiwas), artosipun kirang langkung mekaten ketika kita tatak penuh keyakinan dalam melakukan sesuatu maka akan mendapatkan hasil yang luar biasa, dan jika melakukan sesuatu penuh keragu-raguan maka hanya kegagalan yang menunggu kita, dan kami ucapkan selamat datang para interpreter yang baru keluar dari penjara ketidak bebasan meng “ide”. Abaikan batasan ilmiyah yang mengkungkung dan menjajah akal dan hati manusia. Karena keribetan batasan ilmiyah dimana harus sistematis kek, literatur kek, kepastian kek, logis kek, objektif kek, empiris kek, telek kek.
Tulisan ini banyak mengulang kata “bebas dan manusia” seperti tujuan awal tulisan ini, yaitu ingin menggugah sisi-sisi manusia dan sekaligus mengharapkan manusia memiliki kebebasan yang universal serta keberanian untuk meng “ide” agar menjadi Manusia yang me Nuhan.
Tulisan ini juga menunjukkan keresahan penulis terhadap banyaknya “pemulung ide” masuk kampus, yang sekaligus bangga dengan hasil pulungannya, bahkan sampah ide yang mereka fahami bahkan dihafalkan, misalnya dari Universitas Luar Negeri, Canada kek, Mesir Kek, Australia kek kemudian di ajarkan dan diyakinkan pada pelajar atau mahasiswa pada Sekolah atau Perguruan Tinggi yang seharusnya tempat para peng “ide” bukan pemulung ide. Tidak dapat kita banyangkan bagaimana out put siswa atau mahasiswanya?. Lawong dosene dewe wae ora mudeng karo sing di pahami, lakok di buat kiblat. Ini kan yang namanya bentuk kegoblokan murokab. Dosen dan mahasiswa seperti ini nama idiologinya ahlul goblok wal jama’ah.

Di dalam tulisan ini terdapat pula beberapa menu logika, logika akal, logika hati, logika cinta, logika seni, logika perut, logika kekuasaan, logika politik, logika moral, logika perasaan, logika taqdir, logika ekonomi, logika biologis,Islam Protestan, Idiologi kadang-kadang, dan logika realitas serta terdapat menu “filsafat asap rokok”.
Dengan secoret tulisan ini penulis mencita-citakan khususnya di dunia akademik terjadi pergeseran budaya, yaitu dari budaya oral menuju budaya letter, sehingga pengetahuan, wacana, wawasan, pengalaman dan ide yang terlintas dalam akal, jiwa atau hati manusia dapat terikat untuk memperkaya hasanah ide yang untuk ide.
Penulis juga berpendapat bahwa referensi yang ada hanya perangkat kecil manusia dalam menelorkan ide-ide baru, ide baru sebuah keniscayaan, kita mengetahui bahwa ide-ide yang diagung-agungkan sejak abad Descartes ada, hari ini mulai menakutkan segenap manusia. Terlebih jika terkait dengan energi alam yang lumrah dieksploitasi dan untuk menghacurkan sepecies manusia itu sendiri, mungkin energi di alam ini dengan hitungan jari sumber energi tersebut akan habis beberapa tahun kemudian, walaupun ada penemuan sumber-sumber energi baru, dan mungkin manusia akan kembali ke dunia mistis, megis, supra natural, para normal seperti dalam dongeng pengantar tidur dari kakek-nenek, embah-embahe kita dulu ketika masih kecil.

Terkait dengan itu, mungkin hari ini harus ada perintisan di masing-masing Universitas atau Perguruan Tinggi adanya fakultas atau jurusan baru, seperti: Fakultas Ilmu Hitam dan Fakultas Ilmu Putih, untuk mengantisipasi kebutuhan manusia ketika teknologi akal sudah tidak dapat menjawabnya, misalnya: Jurusan Dukun, Jurusan Persantetan/pertenungan (membunuh jarak jauh) jadi yang kebal hukum langsung disantet aja misalnya, Jurusan Persuwu’an, Jurusan Karomah, jurusan Ahli Hizib, Jurusan Sepi Angin (terbang tanpa F16/pesawat super sonic yang kecepatannya melebihi suaranya), Jurusan Panglimunan (menghilang), Jurusan Lembu Sekilan (Jadi mobil dan jas Presiden tidak usah anti peluru) Jurusan Kekebalan, Jurusan Persulapan, Jurusan Kesaktian-Kesaktian Lain seperti yang telah di buka Vatikan Eropa Fakultas Ilmu Hitam dan khususnya Nusantara sangat potensi untuk mengembangkan Teknologi anti polusi ini karena banyak potensi pendukung. Misalnya Standar minimal Dosen S1 Seperti Gus Ma’sum Alm, Yai Nur Kholis, Intine Kyai-Kyai seng nduweni linuwih lah untuk Fakultas Ilmu Putih, dan Mak Lampir dan Nyai Pelet, Nyai Kembang, Denian, Limbat, David Coverfil, Mama Lorens, Dedi Corbuzer, Ki Joko Bodo Untuk Fakultas Ilmu Hitamnya. Untuk ujian skripsinya harus menangkap penjahat minimal setingkat KAPOLRI, KAPOLDA, MENTERI, KPK, JAKSA HAKIM sing remek-remek akhlake. Asikkan!, Jadi ketika ada kasus penggelapan, santet lan sak piturute iso langsung diungkap karo koco benggolo, ora usah LSD dsb.

Bagi pembaca yang belum cerdas boleh tidak sepakat dengan tulisan ala preman ini. Atas segala kekurangan tulisan ini semoga menjadi kelebihan tulisan ini juga, atas waktu membacanya kami ucapkan terima kasih dan semoga menjadi manusia yang manusia dan sekaligus manusia yang memanusiakan manusia dan menjadi manusia yang tahu akan dirinya sendiri yang sempat ngincipi nikatnya ma’rifatullah. Innalillahi wainna ilaihi roji’un

3 Likes

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.